Sabtu, 09 April 2016



MAKALAH
KOORDINASI MANAJEMEN

Dosen: Kasman,Drs.,M.M.
Dibuat untuk memenuhi tugas perkuliahan pengantar manajemen


 



Oleh :
Kelompok 5
1.      (3402150052) Zam-zam Mubarok
2.      (3402150259) Tria Nandini
3.      (3402150274) Tesa Trisna Tiani
4.      (3402150089) Vina Oktaviani
5.      (3402150279) Siti Hajar
6.      (3402150293) Febi Nurvizan




PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GALUH 
2016




               Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. atas bimbingan dan penyertaan-Nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berjudul ”KOORDINASI MANAJEMEN” disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Manajemen.

        Kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami menyelesaikan makalah ini. Terutama kepada dosen mata kuliah yang bersangkutan yang telah membimbing kami agar dapat mengerti tentang materi yang di bahas.

         Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca, walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki, untuk itu kami mengharapkan dukungan dari pembaca sekalian demi menyempurnakan tugas makalah berikutnya. Terima kasih.

Ciamis,  Maret 2016


Penulis


DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
         a            Latar Belakang...................................................................................................... 1
        b            Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
         c            Tujuan Penulisan...................................................................................................... 2
        d            Manfaat Penulisan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN 
a.     Defenisi Pengkoordinasian/koordinasi...........................................................................3
b.    Ciri- ciri Koordinasi.......................................................................................................4
c.     Karakter Koordinasi.......................................................................................................5
d.    Syarat-Syarat Koordinasi...............................................................................................6
e.     Fungsi Koordinasi..........................................................................................................6
f.     Manfaat dan Tujuan Koordinasi.....................................................................................7
g.    Tipe- Tipe Koordinasi....................................................................................................8
h.    Sifat- Sifat Koordinasi....................................................................................................8
i.      Pedoman Koordinasi......................................................................................................8
j.      Cara Mengadakan Koordinasi........................................................................................9
k.    Pendekatan-pendekatan Untuk Pencapaian Koordinasi Yang Efektif...........................9
l.      Mekanisme-mekanisme Pengkoordinasian Dasar........................................................10
m.  Meningkatkan Koordinasi Potensial............................................................................11
n.    Metode Pengurangan Akan Kebutuhan Akan Koordinasi...........................................13
o.    Penentuan Mekanisme Koordinasi Yang Tepat...........................................................13
p.    Masalah-masalah Pencapaian Koordinasi Yang Efektif..............................................14
BAB II PENUTUP
         a            Kesimpulan...................................................................................................................15
        b            Saran.............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................16




PENDAHULUAN
Untuk melihat kemampuan seorang manajer dalam memimpin dan melakukan koordinasi dapat dilihat dari besar kecilnya jumlah bawahan yang ada dalam tanggung jawabnya, yang dikenal sebagai rentang manajemen. Koordinasi didefinisikan sebagai proses penyatuan tujuan-tujuan perusahaan dan kegiatan pada tingkat satu satuan yang terpisah dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Koordinasi dibutuhkan sekali oleh para karyawannya, sebab tanpa ini setiap karyawan tidak mempunyai pegangan mana yang harus diikuti, yang akhirnya akan merugikan organisasi itu sendiri.

Sebelumnya manusia perlu mengerti arti kata organisasi. Di mana kata “organisasi“ mempunyai dua pengertian umum. Pengertian pertama menandakan suatu lembaga atau kelompok fungsional, seperti organisasi perusahaan, rumah sakit, perwakilan pemerintahan, atau suatu perkumpulan olahraga. Pengertian kedua berkenaan dengan proses pengorganisasian, sebagai suatu cara dalam mana kegiatan organisasi dialokasikan dan ditugaskan diantara para anggotanya agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan efisien. Di dalam sebuah organisasi diperlukan adanya sebuah koordinasi antara manajer dan bawahannya untuk kelangsungan organisasi itu sendiri.

B.     Rumusan Masalah
a.     Defenisi Pengkoordinasian/koordinasi
b.    Ciri- ciri Koordinasi
c.     Karakter Koordinasi
d.    Syarat-Syarat Koordinasi
e.     Fungsi Koordinasi
f.     Manfaat Koordinasi
g.    Tipe- Tipe Koordinasi
h.    Sifat- Sifat Koordinasi
i.      Pedoman Koordinasi
j.      Pendekatan-pendekatan Untuk Pencapaian Koordinasi Yang Efektif
k.    Mekanisme-mekanisme Pengkoordinasian Dasar
l.      Meningkatkan Koordinasi Potensial
m.  Metode Pengurangan Akan Kebutuhan Akan Koordinasi
n.    Penentuan Mekanisme Koordinasi Yang Tepat
o.    Masalah-masalah Pencapaian Koordinasi Yang Efektif


C. Tujuan Penulisan
a.     Untuk mengetahui defenisi koordinasi
b.    Untuk mengetahui karakter koordinasi
c.     Mengetahui syarat-syarat koordinasi
d.    Untuk mengetahui fungsi koordinasi

D. Manfaat Penulisan
a.       Kita dapat mengetahui apa itu koordinasi
b.      Kita dapat mengetahui karakter koordinasi
c.       Kita dapat mengetahui apa saja yang menjadi syarat-syarat koordinasi
d.      Kita dapat mengetahui fungsi koordinasi








BAB II
PEMBAHASAN

Koordinasi adalah proses mengintegrasikan tujuan dan kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen atau bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.
Menurut G.R. Terry, koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Definisi G.R. Terry ini berarti bahwa koordinasi adalah pernyataan usaha dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.    Jumlah usaha, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
2.    Waktu yang tepat dari usaha-usaha ini.
3.    Pengarahan usaha-usaha ini.

Menurut E.F.L. Brech, koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok dengan masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya diantara para anggota itu sendiri.

Menurut Mc. Farland, koordinasi adalah suatu proses dimana pimpinan mengembangkan pola usaha kelompok secara teratur diantara bawahannya dan menjamin kesatuan tindakan di dalam mencapai tujuan bersama.

Menurut Handoko kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan derajat saling ketergantungan bermacam-macam satuan pelaksananya. Handoko juga menyebutkan bahwa derajat koordinasi yang tinggi sangat bermanfaat untuk pekerjaan yang tidak rutin dan tidak dapat diperkirakan, faktor-faktor lingkungan selalu berubah-ubah serta saling ketergantungan adalah tinggi. Koordinasi juga sangat dibutuhkan bagi organisasi-organisasi yang menetapkan tujuan yang tinggi.
Hal ini juga ditegaskan oleh Handayaningrat bahwa koordinasi dan komunikasi adalah sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu, Handayaningrat juga mengatakan bahwa koordinasi dan kepemimpinan (leadership) adalah tidak bisa dipisahkan satu sama lain, karena satu sama lain saling mempengaruhi.
Koordinasi (coordination) adalah prose pengintregrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan yang terpisah (department atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi sacara efisien. Tanpa koordinasi, individu-individu dan department-departement akan kehilangan pegangan atas peranan mereka dalam organisasi.

Kebutuhan akan Koordinasi
Menurut James D.Thompson, ada tiga macam salig ketergantungan di antara satuan-satuan organisasi, yaitu:
a)      Saling ketergantungan yang menyatu (pooled interdependent), bila satun-satuan    organisasi tidak saling tergantung satu dengan yang lain dalam melaksanakan kegiatan    harian tetapi tergantung kepada pelaksanaan kerja setiap satuan yang memuaskan untuk    suatu hasil akhir.
b)     Saling ketergantungan yang berurutan (sequential interdependent), di mana suatu       satuan organisasi harus melakukan pekerjaan terlebih dahulu sebelum satuan yang lain    bekerja.
c)      Saling ketergantungan timbale balik (reciporal interdependent) merupakan hubugan    memberi dan menerima antar satuan organisasi.

Menurut Handayaningrat koordinasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
 1          Bahwa tanggungjawab koordinasi adalah terletak pada pimpinan. Oleh karena itu, koordinasi adalah merupakan tugas pimpinan.
 2          Adanya proses (continues process). Karena koordinasi adalah pekerjaan pimpinan yang bersifat berkesinambungan dan harus dikembangkan sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik.
 3          Pengaturan secara teratur usaha kelompok. Oleh karena koordinasi adalah konsep yang ditetapkan di dalam kelompok, bukan terhadap usaha individu, maka sejumlah individu yang bekerjasama, dimana dengan koordinasi menghasilkan suatu usaha kelompok yang sangat penting untuk mencapai efisiensi dalam melaksanakan kegiatan organisasi. Adanya tumpang tindih, kekaburan dalam tugas-tugas pekerjaan merupakan pertanda kurang sempurnanya koordinasi.
 4          Konsep kesatuan tindakan. Hal ini adalah merupakan inti dari koordinasi. Kesatuan usaha, berarti bahwa harus mengatur sedemikian rupa usaha-usaha tiap kegiatan individu sehingga terdapat adanya keserasian di dalam mencapai hasil.
 5          Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama. Kesatuan dari usaha meminta suatu pengertian kepada semua individu, agar ikut serta melaksanakan tujuan sebagai kelompok dimana mereka bekerja.

C.     Karakter Koordinasi
Karakteristik Koordinasi yang Efektif :
1)      Tujuan berkoordinasi tercapai dengan memuaskan semua pihak terkait.
2)      Koordinator sangat proaktif dan stakeholders kooperatif.
3)      Tidak ada yang mementingkan diri sendiri atau kelompoknya (egosektoral).
4)      Tidak terjadi tumpang tindih tugas.
5)      Komitmen semua pihak tinggi.
6)      Informasi keputusan mengalir cepat ke semua pihak yang ada dalam sistem jaringan koordinasi.
7)      Tidak merugikan pihak-pihak yang berkoordinasi.
8)      Pelaksanaan tepat waKepala Sekolah.
9)      Semua masalah terpecahkan.
10)  Tersedianya laporan tertulis yang lengkap dan rinci oleh masing-masing stakeholder.

D.    Syarat-Syarat Koordinasi
Adapun syarat-syarat khusus umum yang ada dalam koordinasi adalah sebagai  berikut:
a.       Sense of cooperation (perusahaan untuk bekerja sama), ini harus dilihat dari sudut bagian per bagian bidang pekerjaan, bukan orang per orang.
b.      Rivalry, dalam perusahaan-perusahaan besar sering diadakan persaingan antara bagian-bagian, agar bagian-bagian ini berlomba-lomba untuk mencapai kemajuan
c.       Team Spirit, artinya satu sama lain pada setiap bagian saling menghargai
d.      Esprit de corps, artinya bagian-bagian yang diikut sertakan atau dihargai, umumnya akan menambah kegiatan yang bersemangat.

Ringkasnya kekuatan suatu organisasi ditentukan oleh spirit-esprit atau semangatnya. Semangat ini ditentukan oleh tujuans dan cara-cara mencapai tujuan itu dan ini meliputi doktrin. Selain semangat koordinasi juga harus mempunyai aspek-aspek formal yaitu metode-metode, teknik yang ditunjukan untuk mengeja/mencapai sasaran tersebut.

E.    Fungsi Koordinasi
Koordinasi adalah mengarahkan kegiatan seluruh unit dengan tujuan memberikan sumbangan yang maksimal unutk tercapainya tujuan tertentu. Kegiatn koordinasi sangat perlu di lakukan hal itu bertujuan agar terciptanya kopersi yang sebagai berikut :
a.       Terkoordinir
b.      Harmonis
c.       Terarah
d.      Terintegrasi
e.       Tersinkronisasi
Koordinasi merupakan langkah langkah kerja yang sangat ideal di antara mereka yang bekerja di berbagai bagian guna menciptakan hasil yang nyata.
Dalam koordinasi sangat di perlukan sikap – sikap sebagai berikut :
a.       System komunikasi yang baik
b.      Umpan balik yang positif

F.     Manfaat  Koordinasi dan Tujuan koordinasi
a. Manfaat koordinasi
        1            Untuk mewujudkan KISS (koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi) agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien;
        2            Memecahkan berbagai konflik kepentingan berbagai pihak yang terkait;
        3            Agar manajer pendidikan mampu mengintegrasikan dan mensinkronkan pelaksanaan tugas-tugasnya dengan stakeholders pendidikan yang saling bergantungan, semakin besar ketergantungan dari unit-unit, semakin besar pula kebutuhan akan pengkoordinasian;
        4            Agar manajer pendidikan mampu mengkoordinasikan pembangunan sektor pendidikan dengan pengembangan sektor-sektor lainnya;
        5            Agar manajer pendidikan mampu mengintegrasikan kegiatan fungsional dinas pendidikan dan tujuan-tujuan dari unit organisasi yang terpisah-pisah untuk mencapai tujuan bersama dengan sumberdaya yang terbatas secara efektif dan efisien;
        6            Adanya pembagian kerja di mana semakin besar pembagian kerja, semakin diperlukan pengkordinasian/penyerasian sehingga tidak terjadi duplikasi atau tumpang tindih pekerjaan yang menyebabkan pemborosan.
b . Tujuan koordinasi
1.      Untuk mengembangkan dan memelihara hubungan yang baik dan harmonis di antara kegiatan-kegiatan baik fisik maupun nonfisik dengan stakeholders;
2.      Untuk memperlancar pelaksanaan tugas dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dengan sumberdaya pendidikan yang terbatas;
3.      Untuk mengarahkan dan menyatukan semua tindakan serta pemikiran kearah tercapainya sasaran perusahaan.
4.      Untuk menjuruskan keterampilan spesialis kearah sasaran perusahaan.
5.      Untuk menghindari kekacauan dan penyimpangan tugas dari sasaran.
6.      Untuk mengintegrasikan tindakan dan pemanfaatan 6M kearah sasaran organisasi atau perusahaan.
7.      Untuk menghindari tindakan overlapping dari sasaran perusahaan.
8.      Mencegah terjadinya konflik internal dan eksternal sekolah yang kontra produktif;
9.      Mencegah terjadinya kekosongan ruang dan wakepala Sekolah; dan
10.  Mencegah terjadinya persaingan yang tidak sehat.


Menurut Hasibuan terdapat dua tipe koordinasi, yaitu :
        1            Koordinasi vertikal adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unit, kesatuan-kesatuan kerja yang ada di bawah wewenang dan tanggungjawabnya.
        2            Koordinasi horizontal adalah mengkoordinasikan tindakan-tindakan atau kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi (aparat) yang setingkat.

Menurut Hasibuan terdapat tiga sifat koordinasi, yaitu :
        1            Koordinasi adalah dinamis bukan statis.
        2            Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang coordinator (manajer) dalam rangka mencapai sasaran.
        3            Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.
Asas koordinasi adalah asas skala (scalar principle = hierarki) artinya koordinasi itu dilakukan menurut jenjang-jenjang kekuasaan da tanggung jawab yang disesuaikan dengan jenjang-jenjang yang berbeda-beda satu sama lain. Tegasnya asas hierarki ini bahwa setiap atasan (koordinator) harus mengkoordinasi bawahan langsungnya.

        1            Koordinasi harus terpusat, sehingga ada unsur pengendalian guna menghindari tiap bagian bergerak sendiri-sendiri yang merupakan kodrat yang telah ada dalam setiap bagian, ingat bahwa organisasi merupakan kumpulan dari orang-orang yang punya kebutuhan dan keinginan berbeda.
        2            Koordinasi harus terpadu, keterpaduan pekerjaan menunjukkan keadaan yang saling mengisi dan member.
        3            Koordinasi harus berkesinambungan, yaitu rangkaian kegiatan yang saling menyambung, selalu terjadi selalu diusahakan dan selalu ditegaskan adanya keterkaitan dengan kegiatan sebelumnya.
        4            Koordinasi harus menggunakan pendekatan multi instansional, dengan wujud saling memberikan informasi yang relevan untuk menghindarkan saling tumpang tindih tugas yang satu dengan tugas yang lain.

J. Cara-Cara Mengadakan Koordinasi
1.      Memberikan keterangan langsung dan secara bersahabat.
2.      Mengusahakan agar pengetahuan dan penerimaan tujuan yang akan dicapai oleh anggota, tidak menurut masing-masing individu anggota dengan tujuannya sendiri-sendiri, tetapi tujuan itu adalah tujuan bersama.
3.      Mendorong para anggota untuk bertukar pikiran, mengemukakan ide-ide, saran-saran dan lain sebagainya.
4.      Mendorong para anggota untuk berpartisipasi dalam tingkat perumusan dan penciptaan sasaran.
5.      Membina human relations yang baik antara sesama karyawan.
6.      Menejer sering melakukan komunikasi formal dengan bawahan.

Komunikasi adalah kunci koordinasi yang efektif. Koordinasi secara langsung tergantung pada perolehan, penyebaran dan pemrosesan informasi. Semakin besar ketidakpastian tugas yang dikoordinasi, semakin membutuhkan informasi. Pada dasarnya koordinasi merupakan pemrosesan informasi.
                        Ada tiga pendekatan untuk pencapaian koordinasi yang efektif, yaitu :
1.      Teknik-teknik manajemen dasar
Dengan mempergunakan teknik-teknik manajemen dasar : hirarki manajerial, rencana dan tujuan sebagai pengarah umum kegiatan-kegiatan serta aturan-aturan dan prosedur-prosedur.
2.      Meningkatkan koordinasi potensial
Menjadi diperlukan bila bermacam-macam satuan organisasi menjadi saling tergantung dan lebih luas dalam ukuran dan fungsi.
3.      Mengurangi kebutuhan akan koordinasi
        Dalam beberapa situasi adalah tidak efisien untuk mengembangkan cara pengkoordinasian tambahan. Ini dapat dilakukan dengan penyediaan tambahan sumber daya-sumber daya untuk satuan-satuan organisasi atau pengelompokan kembali satuan-satuan organisasi agar tugas-tugas dapat berdiri sendiri.


      Mekanisme-mekanisme dasar untuk pencapaian koordinasi adalah komponen-komponen vital dalam manajemen yang secara ringkas dapat di uraikan sebagai berikut:

1.      Hirarki manajerial
Rantai perintah, aliran informasi dan kerja, wewenang formal, hubungan tanggungjawab dan akuntabilitas yang jelas dapat menumbuhkan integrasi bila dirumuskan secara jelas serta dilaksanakan dengan pengarahan yang tepat.
2.      Aturan dan prosedur
Adalah keputusan-keputusan manajerial yang dibuat untuk menangani kejadian-kejadian rutin, sehingga dapat juga menjadi peralatan yang efisien untuk koordinasi dan pengawasan rutin.
3.      Rencana dan penetapan tujuan
Pengembangannya dapat digunakan untuk pengoordinasian melalui pengarahan seluruh satuan organisasi terhadap sasaran-sasaran yang sama. Ini diperlukan bila aturan dan prosedur tidak mampu lagi memproses seluruh informasi yang dibutuhkan untuk mengoordinasikan kegiatan-kegiatan satuan-satuan organisasi.



Bila mekanisme pengkoordinasian dasar tidak cukup, investasi dalam mekanisme-mekanisme tambahan di perlukan. Koordinasi potensial dapat di tingkatkan dalam dua cara, vertical dan menyamping (horizontal):
1.Sistem informasi vertical. Sistem informasi vertical adalah peralatan melalui mana data    disalurkan melewwati tingkatan-tingkatan organisasi. Komunikasi dapat terjadi di    dalam atau di luar rantai perintah. Sistem informasi manajemen telah di kembangkan    dalam kegiatan-kegiatan seperti pemasaran, keuangan, produksi, dan operasi-operasi    internasional untuk meningkatkan informasi yang tersedia bagi perencanaan, koordinasi   dan pengawasan.
2.Hubungan-hubungan lateral (horizontal), melalui pemotongan rantai perintah,    hubungan-hubungan lateral membiarkan informasi di pertukarkan dan keputusan di    buat pada tingkat hierarki di mna informasi yang di butuhkan ada.
Ada beberapa    hubungan lateral, yang dapat di perinci sebagai berikut:
a.Kontak langsung antara individu-individu yang dapat meningkatkan efektivitas danefisiensi kerja.
b.Peranan penghubung, antara yang menanggani komunitas antar departement sehingga      mengurangi panjangnya saluran komunikasi.
c.Panitia dan satuan tugas. Panitia biasanya diorganisasi secara formal dengan      pertemuan yang di jadwalkan teratur. Satuan tugas dibentuk bila dibutuhkan untuk      masalah-masalah khusus.
d.Pengintegrasian peranan-peranan, yang dilakukan oleh misal manajer produk atau      manajer proyek, perlu diciptakan bila suatu produk, jasa atau proyek khusus      memerlukan      tingkat koordinasi yang tinggi dan perhatian yang terus menerus dari      seseorang.
e.Peranan penghubung manajerial, yang mempunyai kekuasaan menyetujui perumusan      anggaran oleh satuan-satuan  yang di intergrasikan dan implementasinya. Ini di      perlukan bila posisi pengintergrasian yang di jelaskan pada diatas tiddak secara efektif      mengkoordinasikan tugas tertentu.


1.  Sistem informasi vertikal
Adalah peralatan melalui mana data disalurkan melewati tingkatan-tingkatan organisasi. Komunikasi dapat terjadi di dalam atau di luar rantai perintah. Sistem informasi manajemen telah dikembangkan dalam kegiatan-kegiatan seperti pemasaran, keuangan, produksi, dan operasi-operasi internasional untuk meningkatkan informasi yang tersedia bagi perencanaan, koordinasi, dan pengawasan.
2. Hubungan-hubungan lateral (horizontal)
Melalui pemotongan rantai perintah, hubungan-hubungan lateral membiarkan informasi dipertukarkan dan keputusan dibuat pada tingkat hirarki dimana informasi yang dibutuhkan ada.
Beberapa hubungan lateral, yaitu :
a.       Kontak langsung antara individu-individu yang dapat meningkatkan efektivitas dan efisinesi kerja.
b.      Peranan penghubung, yang menangani komunikasi antar dapartemen sehingga mengurangi panjangnya saluran komunikasi.
c.       Panitnya dan satuan tugas. Panitnya biasanya diorganisasi secara formal dengan pertemuan yang dijadwalkan teratur. Satuan tugas dibentuk bila dibutuhkan untuk masalah-masalah khusus.
d.      Pengintegrasian peranan-peranan, yang dilakukan oleh misal manajer produk atau proyek, perlu diciptakan bila suatu produk, jasa atau proyek khusus memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi dan perhatian yang terus menerus dari seseorang.
e.       Peranan penghubung manajerial, yang mempunyai kekuasaan menyetujui perumusan anggaran oleh satuan-satuan yang diintegrasikan dan implementasinya. Ini diperlukan bila posisi pengintegrasian yang dijelaskan di atas tidak secara efektif mengoordinasikan tugas tertentu.
f.       Organisasi matriks, suatu mekanisme yang sangat baik bagi penanganan dan penyelesaian proyek-proyek yang kompleks.




1.      Penciptaan sumber daya-sumber daya tambahan
Sumber daya-sumber daya tambahan memberikan kelonggaran bagi satuan-satuan kerja. Penambahan tenaga kerja, bahan baku atau waktu, tugas diperingan dan masalah-masalah yang timbul berkurang.
2.      Penciptaan tugas-tugas yang dapat berdiri sendiri
Teknik ini mengurangi kebutuhan koordinasi dengan mengubah karakter satuan-satuan organisasi. Kelompok tugas yang dapat bediri sendiri diserahi suatau tanggungjawab penuh salah satu organisasi operasi (perusahaan).


 Pertimbangan penting dalam penentuan pendekatan yang paling baik untuk koordinasi adalah menyesuaikan kapasitas organisasi untuk koordinasi dengan kebutuhan koordinasi. Berapa banyak informasai yang dibutuhkan organisasi untuk melaksanakn operasi-operasinya? Berapa besar kemampuan pemrosesan informasi ? Bilka kebutuhan lebih besar daripada kemampuan, organisasi harus menentukan pilihan: meningkatkan koordinasi potensial atau mengurangi kebutuhan. Sebaliknya, terlalu besar kemampuan pemrosesan informasi relative terhadap kebutuhan secara ekonomis tidak efisien, karena untuk menciptakan dan memelihara mekanisme-mekanisme tersebut adalah mahal.
Bila kebutuhan lebih besar dari kemampuan, organisasi harus menentukan pilihan : meningkatkan koordinasi potensial atau mengurangi kebutuhan. Sebaliknya, terlalu besar kemampuan pemrosesan informasi relative terhadap kebutuhan secara ekonomis tidak efisien, karena untuk menciptakan dan memelihara mekanisme-mekanisme tersebut adalah mahal. Kegagalan untuk mencocokan kemampuan pemrosesan informasi dengan kebutuhan akan menyebabkan penurunan prestasi.





Peningkatan spesialisasi akan menaikkan kebutuhan akan koordinasi. Tetapi semakin besar derajat spesialisasi, semakin sulit bagi manajer untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan khusus dari satuan-satuan yang berbeda.
Paul R. Lawrence dan Jay W. Lorch mengungkapkan empat tipe perbedaan dalam sikap dan cara kerja yang mempersulit tugas pengkoordinasian, yaitu :
        1            Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu. Para anggota dari departemen yang berbeda mengembangkan pandangan mereka sendiri tentang bagaimana cara mencapai kepentingan organisasi yang baik. Misalnya bagian penjualan menganggap bahwa diverifikasi produk harus lebih diutamakan daripada kualitas produk. Bagian akuntansi melihat pengendalian biaya sebagai faktor paling penting sukses organisasi.
        2            Perbedaan dalam orientasi waktu. Manajer produksi akan lebih memperhatikan masalah-masalah yang harus dipecahkan segera atau dalam periode waktu pendek. Biasanya bagian penelitian dan pengembangan lebih terlibat dengan masalah-masalah jangka panjang.
        3            Perbedaan dalam orientasi antar-pribadi. Kegiatan produksi memerlukan komunikasi dan pembuatan keputusan yang cepat agar prosesnya lancer, sedangkan bagian penelitian dan pengembangan mungkin dapat lebih santai dan setiap orang dapat mengemukakan pendapat serta berdiskusi satu dengan yang lainnya.
        4            Perbedaan dalam formalitas struktur. Setiap tipe satuan dalam organisasi mungkin mempunyai metode-metode dan standar yang berbeda untuk mengevaluasi program terhadap tujuan dan untuk balas jasa bagi karyawan.

Koordinasi (coordination) adalah prose pengintregrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan yang terpisah (department atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi sacara efisien. Tanpa koordinasi, individu-individu dan department-departement akan kehilangan pegangan atas peranan mereka dalam organisasi.


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
                 Koordinasi sangatlah dibutuhkan dalam setiap organisasai ataupun kelompok apapun, demi tercapainya segala tujuan yang hendak dicapai. Komunikasi merupakan suatu kunci utama dalam tercapainya suatu koordinasi yang efektif. Pada dasarnya koordinasi merupakan suatu pemrosesan informasi. Di sini peranan menejer sangat dibutuhkan dalam melaksanakan tugasnya dalam bidang pengontrolan, pengawasan dan evaluasi. Kedekatan hubungan dan kelancaran informasi antara menejer dengan bawahan pun juga sangat perlu diperhatikan agar dalam pelakasanaan tugas tidak terdapat kesalahan informasi (miss comunications) ataupun tekanan dalam bekerja.
Selain koordinasi yang efektif dalam pencapain tujuan juga perlu diperhatikan jumlah bawahan yang dapat dikendalikan secara efektif oleh seorang manajer atau yang biasa disebut rentang manajemen. Memeng sulit untuk menentukan jumlah yang ideal karena hal ini tergantung pada banyak variabel, seperti besarnya organisasi, teknologi, spesialisasi, kegiatan-kegiatan rutin, tingkat manajemen dan sifat-sifat pekerjaan lainnya, namun setidaknya kita dapat menemukan rentang yang optimal untuk situasi khusus melalui penentuan batasan rentangan bagi organisasi pada umumnya.. Terlalu melebarnya rentang berarti manajer harus mengendalikan jumlah bawahan yang besar sehingga menyebabkan tidak efisien. Sebaliknya jika rentang terlalu sempit dapat menyebabkan manajer tidak digunakan sepenuhnya.
Dapat disimpulkan bahwa Semakin besar jumlah rentang, semakin sulit untuk mengoordinasi kegiatan-kegiatan bawahan secara efektif.
Dengan mempertimbangkan uraian-uraian tersebut maka suatu organisasi diharapkan dapat berjalan dengan lancar serta dapat mencapai tujuan yang hendak dicapai.



DAFTAR PUSTAKA



Tidak ada komentar:

Laporan Praktek Kuliah Lapangan SIM PT Coca-cola Amatil Indonesia

LAPORAN PRAKTEK KULIAH LAPANGAN (PKL) PENETAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PERUSAHAAN PT.COCA COLA BEKASI,CIBITUNG, JAWA BARAT ...